Ekonomi

Dua Perusahaan Ini Catatkan Kenaikan Laba, Saat Harga CPO Tergelincir 

JAKARTA- PT Astra Agro Lestari Tbk. dan PT Mahkota Group Tbk berhasil meningkatkan pendaptan pada 2018, disaat harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tergelincir.

Lucas Kurniawan, Direktur Keuangan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk., menuturkan bahwa pada tahun lalu, perseroan memproduksi minyak kelapa sawait mentah (crude palm oil/CPO) sebanyak 246.138 ton atau naik 17,8% secara tahunan.

"Penurunan kinerja keuangan pada 2018 karena harga CPO terus turun," ujarnya, seperti dilaporkan Bisnis, Senin, 25 Maret 2019

Dia mengungkapkan, penurunan harga CPO pada 2018 telah menyebabkan harga jual rata-rata tergerus 17,8% menjadi US$504 per metrik ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$613 per metrik ton.

"Prospek bisnis CPO pada tahun ini masih tergantung beberapa faktor, terutama realisasi penyerapan biodiesel dan penerapan rencana B30 serta penyelesaian perang dagang antara AS dan China dan pemulihan perekonomian global."

Lucas menambahkan, faktor lain yang memengaruhi harga CPO adalah prediksi bahwa El-Nino akan kembali terjadi pada tahun ini, walaupun perkiraan tersebut masih prematur.

Menurutnya, hal terpenting yang harus dapat dijaga adalah keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Hingga Februari 2019, volume produksi CPO perseroan naik 6,6% menjadi 34.750 ton, sedangkan produksi inti sawit naik 10,2% menjadi 7.502 ton.

Benny Tjoeng, Presiden Direktur PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk., mengatakan produksi CPO perseroan juga meningkat 16,4% menjadi 453.168 ton.

Namun, lanjutnya, penurunan harga jual rata-rata dari produk sawit dan karet berdampak terhadap total penjualan dan laba perseroan. Adapun, penjualan perusahaan pada 2018 mencapai Rp4,02 triliun atau turun 15,2% secara tahunan.

"Kami memperkirakan industri perkebunan tetap kompetitif dan menantang pada tahun ini," ujar Benny.

Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Mahkota Group Elvi mengungkapkan, produksi CPO perseroan pada 2018 tercatat 219.149 ton dan pada tahun ini diproyeksikan turun menjadi 203.308 ton.

Pada tahun lalu, emiten berkode saham MGRO itu berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit menjadi Rp2 triliun. Pada 2019, perseroan memproyeksikan pendapatan naik menjadi Rp5 triliun.

"Kami mengandalkan pabrik baru refinery yang mulai berkontribusi pada Juli 2019," tuturnya.

Adapun, pabrik MGRO bakal menghasilkan produk turunan CPO seperti olein atau minyak goreng dan sterin yang merupakan bahan baku margarin atau oleochemical.

Terkait dengan sentimen negatif dari Uni Eropa, katanya, hal tersebut memberikan dampak terhadap ekspor produk CPO dan turunannya. "Namun dengan adanya campur tangan pemerintah, kami harapkan masalah ini bisa terselesaikan.".(rdh)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar